Apakah ini saatnya
untuk membunuh perasaanku.
Melepaskan segala rindu
yang mengendap menjadi debu,
berterbangan, bersatu
bersama langit yang membentang.
Apakah aku mampu? Sementara
perasaan ini telah menjelma
prasasti yang membatu.
Hidup disegala adaku, dalam diam,
jarak, bahkan luka
sekalipun.
Betapa susah memahami
arti diri.
Betapa sulit menyelami maunya hati.
Jalan membentang
bertabur kasih yang kugelar,
tak juga membuatmu bergeming.
Segala adaku
telah kubuka untukmu tanpa tirai sehelai pun.
Jila memang akhirnya
aku harus membunuh perasaan ini,
izinkan aku untuk
tetap mengenangmu.
Tidak juga karena apa, cinta sejati tidak bisa
dibunuh pun bunuh diri. Dia akan tetap mengalir
setiap alunan nada
kasih yang menggema di jagad maya.
Izinkan aku tetap mencintaimu,
walau hanya dalam diam,
dalam senyap. Hingga suratan takdir
membukakan
rahasia kalamnya. Mungkin hanya dengan
cara itu,
aku bias tetap mencintaimu.
Walau mungkin, tak
pernah nyata juga akhirnya. :’)
Cinta itu, Kamu (31-32) Moammar Emka.~
Betapa susah memahami arti diri.
Betapa sulit menyelami maunya hati.
tak juga membuatmu bergeming.
Segala adaku telah kubuka untukmu tanpa tirai sehelai pun.
Tidak juga karena apa, cinta sejati tidak bisa
dibunuh pun bunuh diri. Dia akan tetap mengalir
setiap alunan nada kasih yang menggema di jagad maya.
Izinkan aku tetap mencintaimu, walau hanya dalam diam,
dalam senyap. Hingga suratan takdir membukakan
rahasia kalamnya. Mungkin hanya dengan cara itu,
aku bias tetap mencintaimu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar