Pengantar
A. Apa
itu manajemen?
Manajemen
adalah proses, dengan mana pelaksanaan dari pada suatu tujuan tertentu
diselenggarakan dan diawasi.
Manajemen
juga berarti adalah fungsi dari pada dewan manajer (biasanya dinamakan
manajemen), untuk menetapkan politik kebijaksanaan mengenai apa macam produk
yang akan dibuat, bagaimana membiayainya, menyalurkannya, memberikan service,
dan memilih serta melatih, pegawai dan lain-lain faktor yang mempengaruhi
kegiatan suatu usaha.
Manajemen
mempunyai suatu tujuan tertentu. Berhasil atau tidaknya manajemen itu
tergantung pada soal, hingga mana tujuan yang ditetapkan terdahulu itu
tercapai.
Manajemen
berdasarkan ilmu adalah manajemen yang berisi ilmu dan dilaksanakan dengan
menggunakan ilmu pengetahuan dan metode keilmuan. Alat-alat yang dipergunakan
pada ilmu pengetahuan seperti riset, penyelidikan dan eksperimen, dipergunakan
dalam berbagai bidang manajemen. Penyelidikan dilakukan dalam membuat lay-out
perusahaan, design peralatan dan membuat studi gerak dan waktu. Di lapangan
personalia dilakukan penyelidikan psikilogis tentang tingkah dan laku para
pekerja sebagai kelompok dan perorangan, dibuat analisa mengenai tingkah laku
mereka baik di dalam maupun di luar jam bekerja, serta dipelajari hubungan dan pengaruh
timbale balik antara perusahaan dan daerah sekitarnya.
Menurut
Taylor, manajemen ditakdirkan untuk menjadi suatu seni, dan banyak unsure-unsur
yang kini dikira berada di luar bidang pengetahuan eksak, tidak lama lagi akan
distandardisasi, dijadikan tabel, diterima dan dipakai, seperti halnya dengan
banyak unsure teknis. Manajemen akan dipelajari sebagai suatu seni dan akan
bersandar pada prinsip-prinsip yang dirumuskan dengan tegas dan jelas, dan
tidak pad aide samar-samar yang muncul dari pada observasi yang terbatas dalam
satu dua organisasi yang diketahui oleh si individu.
Jika
ditarik kesimpulan, manajemen adalah suatu proses, kegiatan, usaha pencapaian
tujuan tertentu melalui kerjasama dengan orang lain.
B. Apa
itu kepemimpinan?
Setiap
bawahan menginginkan seorang pemimpin (leader) yang bukan saja secara teoritis
memiliki syarat-syarat kepemimpinan umum dan khusus serta memiliki technical
know how, akan tetapi lebih dari pada itu justru yang terpenting adalah
penerapannya sehingga benar-benar kepemimpinannya dapat dirasakan dan
berpengaruh langsung kepada bawahan.
Diakui
bahwa menguasai dan mendalami teori-teori kepemimpinan relatif lebih mudah dari
pada merealisasikan dalam praktek. Pada prakteknya masih banyak dijumpai
berbagai hal yang sering kali tidak terdapat dalam teori.
Menurut
Terry tipe pemimpin ada 6 macam :
1. Tipe
pribadi. Kepemimpinan pribadi dibuktikan oleh adanya kontak pribadi yang
langsung dari si pemimpin dengan orang-orangnya. Kepemimpinan semacam ini
biasanya sangat efektif di dalam usaha apapun, baik yang kecil, maupun yang
besar sekali.
2. Kepemimpinan
yang non-pribadi. Pemimpin tidak dirasakan langsung, melainkan liwat
bawah-bawahnnya, atau melalui cara-cara yang non-personal seperti rencana,
instruksi, sumpah dan janji “Interaction” (saling hubungan) antara pemimpin dan
bawahannya berjalan tidak-langsung, jadi lambat.
3. Kepemimpinan
otoriter. Pemimpin seperti ini menganggap leadership sebagai haknya, dan
berpendapat bahwa ia dapat menentukan apa dan bagaimana sesuatu harus dikerjakan.
Pengawasannya sangat tegang pula.
4. Kepemimpinan
yang demokratis. Golongan bawahannya turut serta memberikan pendapat mereka.
Ini mempunyai kebaikannya, terutama jika anggota-anggota golongan itu sendiri
adalah orang-orang yang cakap dan cerdas. Jika tidak demikian, atau jika mereka
tidak mempunyai keinginan untuk bekerjasama, dan mengejar cita-cita yang murni,
maka tipe ini akan gagal pula. 5. Kepemimpinan yang paternalistis (serba datuk). Pemimpin menjaga kepentingan bawahannya seperti seorang datuk mengasuh kemenakannya atau anak semangnya : melindungi, menjuruskan, memimpin. Biasanya kepercayaan akan diri sendiri dan kesanggupan sendiri dari pada bawahannya tidak dapat berkembang.
6.Kepemimpinan
yang terdapat di dalam rombongan-rombongan yang setujuan seperti dari suatu
perkumpulan sepakbola yang sedang berlatih. “Interaction” di sini lebih intens
dari pada yang tipe pertama.
Sifat
yang penting bagi seorang pemimpin adalah
a. Penuh
energi, baik rohani maupun jasmani dan dapat bergiat terus-menerus.
b. Mempunyai
stabilitas dalam emosi dan perasaan, artinya : seorang pemimpin tidak boleh
berprasangka, berpikir jelek tentang orang-orang bawahannya, ia tidak boleh
lekas naik pitam, sebaliknya percaya pada diri sendiri harus cukup ada.
c. Mempunyai
pengetahuan yang luas tentang hubungan manusia. Oleh karena pekerjaannya yang
utama erat bersangkutan dengan orang, maka ia harus mengetahui banyak tentang
manusia dan hubungan antar manusia.
d. Keinginan
untuk menjadi pemimpin harus menjadi daya pendorong yang muncul dari dalam dan
tidak didesakkan dari luar. Ia harus mengungkapkan dan memancarkan enthusiasm
dalam bekerja.
e. Mempunyai
kemahiran dalam mengadakan komunikasi (secara lisan maupun tulisan).
f. Mempunyai
kecakapan mengajar, karena seorang pemimpin tulen harus pula memberikan
semangat pada orang-orangnya, ia harus pula dapat memperkembangkan lain orang
dan memajukannya.
g. Mempunyai
kemahiran di bidang sosial supaya terjamin kepercayaan dan kesetiaan dari pada
orang-orangnya, ia harus bersifat suka menolong, senang jika orang-orangnya
maju, bersifat peramah dan dapat menghargai pendirian orang lain.
h. Mempunyai
kecakapan-kecakapan teknis, untuk merencana, menyusun organisasinya,
mendelegasi kekuasaan, mengambil keputusan, mengawasi dan meneliti dan
seterusnya.
Sumber
:
K,
Soekarno, (1986), Dasar Dasar Manajemen,
Jakarta : Miswar.
Panglaykim,
j & Tanzil, hanzil, (1981), Manajemen
Suatu Pengantar, Jakarta : Ghalia Indonesia.
Munandar,
ashar sunyoto, (2001), Psikologi Industri
dan Organisasi, Jakarta : Universitas Indonesia Pres.
Suandy,
Erly, (2003), Perencanaan Pajak, Edisi Revisi, Salemba Empat : Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar